PETUAH SEORANG ULAMA

Suatu kisah, ada sekelompok manusia datang kepada orang yang pandai nan bijak (baca:Ulama).
Sekolompok orang : Wahai pak tua yang baik, bagaimana menurut pendapatmu tentang suatu hal tentang perkara ini dan itu. Ada sebagian dari kami membolehkannya, ada sebagian dari kami melarangnya. Mana kira2 yang benar ?

Ulama : Saudara-saudara, untuk masalah itu gampang jawabannya dan mudah. lihatlah dengan panca indra yang engkau semua miliki yang diberikan oleh Allah niscaya kamu akan menemukan jawabannya.

Sekelompok orang : Loh ? ....(sambil melongo dan heran dengan jawaban enteng dari pak tua) Kami sudah melihat dengan panca indra kami, malah kami asah otak kami untuk menemukan jawaban yang pasti dan benar. Kami cari di beberapa buku yang kami miliki, dan kami berdiskusi lebar dengan masalah ini. Akan tetapi tidak kami temukan juga jawabannya. Pak tua, apa kira2 jawabannya ? Kami memerlukan segera sekarang juga !

Ulama : Maaf, tidak akan saya berikan sekarang. Karena diantara kamu akan ada yang setuju dan diantara kamu lagi ada yang tidak setuju, malah mungkin menentangnya. Kamu akan tahu jawabannya, seandainya kamu sekalian bersama aku di tempat ini selama 1 bulan penuh dan mengikuti apa yang aku lakukan.

Setelah berembuk dan merenung sebentar, sekelompok orang itu menghadap ulama kembali.

Sekelompok orang : Ok, pak tua yang bijak, kami akan mengikutimu sebagaimana engkau lakukan. Dan mematuhi apa2 yang engkau anjurkan.

Ulama : Siip... (sambil tersenyum simpul)

Tidak terasa sebulan berlalu.....berkumpullah sekelompok orang itu dengan posisi mengelilingi ulama tua. Terlihat kekhusukan di wajah setiap orang. Semua diam menunggu petuah dari ulama tua, yang biasa diberikan sesudah shalat subuh.

Ulama : Saudara-saudaraku semua yang dirahmati Allah, sekarang saatnya saya memenuhi janji yang pernah saya ucapkan sebulan yang lalu. Sudahkah engkau menemukan jawaban tentang perkara yang engkau tanyakan sebulan yang lalu ? Sudahkah engkau melihat jawaban dari pertanyaan kamu sekalian sebulan yang lalu ?

Sekelompok orang : Ya, ustadz yang dirahmati Allah .... (agak sedikit lain ternyata memanggil pak tua ini, dibanding ketika waktu datang pertama kali) Bukan hanya kami sudah menemukan jawabannya dari pertanyaan kami, malah kami merasa lebih beriman dan tunduk dihadapan hukum2-Nya. Hati kami lebih tentram dan bahagia. Dan kami selalu ingat akan ayat2-Nya. Maka tidak ada waktu bagi kami untuk bertanya lagi tentang hal itu, apalagi mengikutinya lagi. Kami selalu khawatir dengan ayat-ayat-Nya yang terasa ditujukan kepada kami,

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal salih) untuk hidupku ini'” (QS. al-Fajr : 23-24).

Ulama : Alhamdulillah ...bagus ...bagus...bagus...(sambil meniru gaya pak Tino Sidin) Apakah kamu masih sanggup mengerjakan hal-hal seperti yang kita lakukan selama ini ?

Sekelompok orang : Alhamdulillah, ustadz ...kami sanggup dan kami ingin tambah lagi porsinya dari hal yang tujuh macam yang selalu engkau ajarkan kepada kami.

1. Baca Alqurannya minimal sehari 1 juz, sehingga ketika ayat2 Allah dibaca bergetar hatinya, bertambah imannya. Terlihat dimata bathinnya itu suasana akhirat dan dunia 2. Setiap malam shalat malam, mohon ampunan dan keselamatan dunia dan akhirat, sehingga selalu sibuk hatinya dengan urusan akhirat. 3. Puasanya senin kamis tiap pekan karena takut akan ketamakan diri. 4. Selalu menyebarkan kebaikan dengan berdakwah di sekelilingnya. 5. Tidak lupa mendoakan orang2 mukmin di tanah2 mereka yang sedang kesulitan 6. Selalu menyisihkan sebagian dari hartanya karena takut hartanya menjadi bahan bakar di akhirat kelak. 7. Selalu berkata yang baik dan benar, lidah/tulisan-nya terjaga dari menyakiti hati orang lain baik yang sengaja atau tidak.

Ulama : Saudara-saudara sekalian itulah hidayah Allah, mata kalian semakin jelas melihat mana yang baik dan mana yang buruk, dan Insya Allah yang riya sekecil-kecil riya pun dapat kamu lihat. Janganlah kamu merasa bosan dengan kebaikan yang kamu lakukan, insya Allah akan aku ajarkan tentang kebaikan2 yang lain. Pengabdian yang menempatkan kita sebagai muslim, sebagai hamba Allah yang siap untuk disibghoh (dicelup) oleh nilai ilahiyah, sebagaimana firman-Nya : “Shibghoh (celupan) Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada (celupan) Allah? Dan hanya kepada-Nya kami mengabdi.” (QS. 2: 138) Semoga hati kamu sekalin telah tercelup dengan celupan Allah, sehingga warna-warna yang Allah kehendaki, menempel pada hati kamu sekalian.

Sambil menutup tadzkiroh singkat pada pagi itu, kemudian mereka berdoa bersama-sama.

--- Selesai ---

Saudara2 sekalian, peristiwa seorang ulama dan sekelompok orang ini, menggambarkan realitas kehidupan orang-orang jaman ini. Hatinya belum siap menerima Islam, tapi dia tanyakan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan Islam. Dia ingin mendapatkan jawaban suatu masalah dengan membenturkan hukum-hukum Islam. Maka ketika dia mendapatkan jawaban yang Islami, hatinya pun tidak siap dengan jawaban itu. Sehingga yang timbul adalah pertentangan yang kuat dengan hukum2 Islam itu sendiri. Terasa asing di hatinya dengan hukum Islam yang ada. Dan tidak cocok dengan kehidupan yang dia yakini selama ini. Dan yang paling parah lagi, dia lawan hukum Islam itu sendiri dengan asumsi sempit yang dia pahami dan miliki.

Saudara2 sekalian, kita semua sekarang ini dalam proses untuk menuju kehidupan yang lebih abadi(langgeng) Dalam menjalani proses menuju ke keabadian itu, manusia diuji dengan berbagai macam persepsi yang kelak sesungguhnya tidak mempunyai realitas. Persepsi-persepsi ini secara intens dihadirkan dengan menarik dan memikat. Hatinya menjadi nyaman dan tentram, seolah-olah itu adalah nikmat yang paling "DAHSYAT" di muka bumi ini. Sehingga hatinya terpukau, seolah-olah itu adalah segala-galanya di kehidupan ini.

Dalam hal ini, Al-Qur'an mengingatkan kepada kita semua,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (sorga)” (QS. Ali Imran: 14).

0 Comments:

Post a Comment




 

Original Blogger Template | Modified by Blogger Whore | Distributed by eBlog Templates